Sabtu, 25 Maret 2017
18.00 WIB
Perjalanan: Mencari Udara
sumber foto: pribadi
Ada sesuatu yang bisa melengkapi buku. Perjalanan. Buku-buku membawa kita
pergi ke tempat-tempat baru secara tidak langsung. Membuat kita yang duduk diam
sebenarnya sedang bertualang. Tapi perjalanan secara utuh membawa diri kita
secara fisik maupun mental menyusuri tempat-tempat baru, bertemu orang-orang
baru, bahkan juga melihat hal-hal baru.
Perjalanan memang memerlukan waktu, energi, dan biaya tentu saja. Hal yang
satu ini sejujurnya juga diwariskan oleh ayah saya. Dulu saat kecil, ayah juga
memaparkan banyak perjalanan. Membawa saya ke tempat-tempat baru dan memberikan
saya sensasi bertualang dengan segala jenis alat transportasi. Becak, delman,
sepeda, sepeda motor, mobil, kapal laut, kereta api, pesawat, perahu, ketinting, getek, semua itu ayah saya
yang mengenalkan. Ayah saya berjasa membawa saya ke banyak tempat. Kampung,
kota, darat, laut, kawasan ramai, hutan, ayah saya memaparkan banyak
perjalanan. Sampai akhirnya, hari ini perjalanan menjadi udara bagi saya
sekaligus obat mujarab penghilang penat.
Ayah saya selalu berkata bahwa perjalanan akan membuat kita lebih cerdas.
Karena perjalanan memberikan kita kesempatan menuntut ilmu secara langsung dan
menyerapnya dengan cepat. Dua kali dalam hidup saya, saya melihat ayah saya
mengalokasikan tabungan hasil kerja kerasnya untuk membawa kami sekeluarga
melakukan perjalanan jauh. Di tahun 2006, ayah saya membawa kami sekeluarga
berkelana ke Singapura, Bangkok, Amman, Cairo, lalu menutupnya dengan umroh.
Kemudian di tahun 2009, kami kembali melakukan perjalanan ke Bangkok, Istanbul,
dan Mekkah serta Madinah untuk umroh. Kami bertemu banyak orang dengan bahasa
yang berbeda. Nonton final piala dunia di Changi. Bermalam di bandara di Amman
karena kesalahan penerbangan bahkan mendadak menjadi runners karena nyaris tertinggal pesawat dari Amman ke Mekkah. (semoga nanti ada energi untuk buat tulisan traveling series yaa). Perjalanan membuat saya menginternalisasi nilai “hidup itu perjuangan bro, kl ga mau usaha ya ga usah hidup karena
sekecil apapun dalam setiap hal dalam hidup kita butuh usaha, butuh berjuang”.
Seiring dengan berjalannya waktu kemudian, perjalanan menjadi salah satu favorite thing yang terus saya lakukan.
Hidup saya yang sengaja nomaden membuat saya melakukan banyak perjalanan. Itu
sebuah kesengajaan yang saya inginkan memang. Perjalanan dekat atau jauh
seringkali saya arrange untuk diri
saya sendiri supaya hidup lebih segar. Dengan berbaga cara dan berbagai alasan yang menurut saya layak (FYI, saya seringkali lebih suka jalan-jalan ditambah alasan lain biar sekali dayung dua tiga pulau terlampaui). Lama kelamaan perjalanan menjadi udara
segar yang membuat saya addict. Bisa
melakukan banyak perjalanan ke banyak tempat menjadi salah satu wish list saya dalam hidup. Sejauh ini,
baru 11 kota dan 10 provinsi di dalam negeri ditambah dengan 9 negara lain yang
bisa saya datangi. Semoga besok-besok saya bisa menangkap udara segar di
tempat-tempat lain.
Jadi, kapan kita kemana?
Rabi'atul Aprianti
Komentar
Posting Komentar