23 April 2014
08.39 WIB
Sudahkah anda merasa menjadi seseorang yang berfungsi maksimal? Atau anda merasa "saya orang yang biasa-biasa saja"? Atau adakah di antara anda yang merasa justru bukan siapa-siapa?
Fluktuasi diri dalam hidup adalah sebuah kondisi yang alami dan pasti semua manusia mengalami. Tidak ada orang yang merasa cemerlang setiap hari dan sebaliknya, tidak ada yang merasa buruk setiap hari, kecuali manusia itu sendiri yang membuatnya.
Pagi ini saya ingin berbagi tentang sebuah konsep yang secara subjektif saya sukai. Fully functioning person atau keberfungsian utuh manusia. Apakah itu?
Keberfungsian utuh manusia adalah sebuah kondisi dimana manusia atau individu yang bersangkutan mampu mengerti atau memahami emosi terdalam dan keinginan-keinginannya serta selanjutnya berperilaku sesuai dengan dirinya, peran dan tujuan hidup yang dimilikinya, dan mampu hidup harmonis dengan lingkungan sekitarnya. Seseorang yang berfungsi utuh kemudian dapat hidup dengan perasaan bebas, eksis, dan realistis dalam hidup.
Manusia yang berfungsi utuh memiliki beberapa ciri, yaitu: terbuka bagi pengalaman baru, tidak defensif (mempertahankan ego), punya kemampuan untuk menginterpretasi pengalaman dengan akurat, memiliki konsep diri yang fleksibel dan mampu melalukan perubahan seiring perjalanan hidup, mampu mengambil nilai atau makna hidup dari pengalaman, tidak menolak atau melupakan pengalaman yang dianggap buruk, terbuka bagi kritik dan saran orang lain serta mau melakukan perubahan yang realistis, menerima diri sendiri tanpa syarat, serta hidup dalam harmoni dengan orang lain.
Nah dari ciri-ciri tersebut sudahkah diri kita memenuhi semuanya?
Pertanyaan selanjutnya adalah kenapa kok harus jadi manusia yang berfungsi utuh?
Dengan kondisi fully finctioning diri kita dapat mencapai aktualisasi atau pencapaian diri yang maksimal dalam apapun, Insya Allah. Seseorang yang fully functioning memiliki kemampuan untuk terus meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidupnya. Misalnya melalui mimpi-mimpi yang ingin dia capai dan dengan meningkatkan kebermanfaatan dirinya bagi orang lain. Tidakkah kalian ingin memiliki orangtua, adik, kakak, tante, om, pasangan, bahkan sahabat-sahabat yang fully function? Maka mari mulai dari diri kita!
Kondisi fully functioning bukan pemberian Tuhan secara cuma-cuma. Kita sebagai manusia bisa mengusahakannya dengan berbagai cara. Cara pertama ialah dengan lebih peka dan sayang pada diri sendiri, menerima diri apa adanya adalah syarat utama. Dengan begini kita mampu menganalisa dengan lebih baik emosi-emosi serta keinginan kita.
Cara kedua ialah dengan berkarya dan banyak mencari ilmu serta pengalaman. Jangan takut mencoba selama kita tidak mati karena hal tersebut. Coba mari pikirkan, adakah hal-hal di dunia ini yang belum pernah kalian lakukan? Adakah ilmu-ilmu tertentu yang sebenarnya kalian butuhkan tapi belum kalian pelajari?
Cara ketiga adalah dengan menerima orang lain lain dan bersahabat. Sebelumnya saya pernah menulis tentang unconditional positive regards, ini adalah hal yang penting untuk dipelajari dan dilakukan. Kemudian bersahabatlah dengan banyak orang, kita semua akan lebih banyak belajar. Meskipun kita juga harus tau bahwa tidak semua orang bisa jadi sahabat :)
Nah, saya rasa tiga cara ini cukup untuk mulai kita praktikkan dan kemudian perhatikan apa yang akan terjadi?
Semangat Pagi!
Rabi'atul Aprianti
Bachelor of Psychology
Research fellow, Writer
Founder of Seasons! Crochet shop
Apriantirabiatul@gmail.com
081310065167
08.39 WIB
Sudahkah anda merasa menjadi seseorang yang berfungsi maksimal? Atau anda merasa "saya orang yang biasa-biasa saja"? Atau adakah di antara anda yang merasa justru bukan siapa-siapa?
Fluktuasi diri dalam hidup adalah sebuah kondisi yang alami dan pasti semua manusia mengalami. Tidak ada orang yang merasa cemerlang setiap hari dan sebaliknya, tidak ada yang merasa buruk setiap hari, kecuali manusia itu sendiri yang membuatnya.
Pagi ini saya ingin berbagi tentang sebuah konsep yang secara subjektif saya sukai. Fully functioning person atau keberfungsian utuh manusia. Apakah itu?
Keberfungsian utuh manusia adalah sebuah kondisi dimana manusia atau individu yang bersangkutan mampu mengerti atau memahami emosi terdalam dan keinginan-keinginannya serta selanjutnya berperilaku sesuai dengan dirinya, peran dan tujuan hidup yang dimilikinya, dan mampu hidup harmonis dengan lingkungan sekitarnya. Seseorang yang berfungsi utuh kemudian dapat hidup dengan perasaan bebas, eksis, dan realistis dalam hidup.
Manusia yang berfungsi utuh memiliki beberapa ciri, yaitu: terbuka bagi pengalaman baru, tidak defensif (mempertahankan ego), punya kemampuan untuk menginterpretasi pengalaman dengan akurat, memiliki konsep diri yang fleksibel dan mampu melalukan perubahan seiring perjalanan hidup, mampu mengambil nilai atau makna hidup dari pengalaman, tidak menolak atau melupakan pengalaman yang dianggap buruk, terbuka bagi kritik dan saran orang lain serta mau melakukan perubahan yang realistis, menerima diri sendiri tanpa syarat, serta hidup dalam harmoni dengan orang lain.
Nah dari ciri-ciri tersebut sudahkah diri kita memenuhi semuanya?
Pertanyaan selanjutnya adalah kenapa kok harus jadi manusia yang berfungsi utuh?
Dengan kondisi fully finctioning diri kita dapat mencapai aktualisasi atau pencapaian diri yang maksimal dalam apapun, Insya Allah. Seseorang yang fully functioning memiliki kemampuan untuk terus meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidupnya. Misalnya melalui mimpi-mimpi yang ingin dia capai dan dengan meningkatkan kebermanfaatan dirinya bagi orang lain. Tidakkah kalian ingin memiliki orangtua, adik, kakak, tante, om, pasangan, bahkan sahabat-sahabat yang fully function? Maka mari mulai dari diri kita!
Kondisi fully functioning bukan pemberian Tuhan secara cuma-cuma. Kita sebagai manusia bisa mengusahakannya dengan berbagai cara. Cara pertama ialah dengan lebih peka dan sayang pada diri sendiri, menerima diri apa adanya adalah syarat utama. Dengan begini kita mampu menganalisa dengan lebih baik emosi-emosi serta keinginan kita.
Cara kedua ialah dengan berkarya dan banyak mencari ilmu serta pengalaman. Jangan takut mencoba selama kita tidak mati karena hal tersebut. Coba mari pikirkan, adakah hal-hal di dunia ini yang belum pernah kalian lakukan? Adakah ilmu-ilmu tertentu yang sebenarnya kalian butuhkan tapi belum kalian pelajari?
Cara ketiga adalah dengan menerima orang lain lain dan bersahabat. Sebelumnya saya pernah menulis tentang unconditional positive regards, ini adalah hal yang penting untuk dipelajari dan dilakukan. Kemudian bersahabatlah dengan banyak orang, kita semua akan lebih banyak belajar. Meskipun kita juga harus tau bahwa tidak semua orang bisa jadi sahabat :)
Nah, saya rasa tiga cara ini cukup untuk mulai kita praktikkan dan kemudian perhatikan apa yang akan terjadi?
Semangat Pagi!
Rabi'atul Aprianti
Bachelor of Psychology
Research fellow, Writer
Founder of Seasons! Crochet shop
Apriantirabiatul@gmail.com
081310065167
Komentar
Posting Komentar