Refleksi 15 April 2017

Sabtu, 15 April 2017
19.48 WIB


15 april ke-26 terhitung sejak saya dilahirkan, membuat saya hari ini genap masuk dalam golongan manusia quarter life (#atul25). 

Banyak yang bilang, apalah artinya angka karena jiwanya usia sejatinya adalah mendewasa. Sebagai seseorang yang pernah juga mempelajari psikologi perkembangan, tentu angka usia menjadi ada artinya. Karena tidaklah serta merta para ahli menjadikan angka usia sebagai indikator idealnya perkembangan manusia normal.

Tapi, pahamlah kita mengapa banyak orang bilang "yg penting bukan usia tapi dewasa". Karena kebanyakan manusia kelihatannya tidak linear usia kronologis dan usia mentalnya. Ada yang usianya 26 tapi masih ingin selalu dituruti keinginannya. Ada pula yang usianya 40-an tapi mudah terpancing emosinya, sehingga mendengar berita tidak enak sedikit saja meledaklah dia. Tapi ada usia 17 tahun sudah matang/stabil emosinya, santun dalam bicara dan asertif mengungkapkan ketidaksetujuannya. 

Bagi saya bertambah usia artinya Tuhan masih mengizinkan saya untuk belajar di bumi sebagai manusia. Tambahan record waktu hidup yang bertambah lagi setahun. Dalam jangka waktu satu tahun banyak hal bisa terjadi. 

Dalam waktu satu tahun kita bisa melihat lebih banyak hal, mendengar lebih banyak, bertemu lebih banyak orang, mengunjungi lebih banyak tempat, berkenalan dan menangani masalah-masalah baru, membaca lebih banyak buku, menonton film-film baru, bercakap lebih banyak dengan teman, dan hal-hal lainnya. Dengan semua hal ini, tentu saja logikanya kita akan tahu lebih banyak dan kemudian paham lebih banyak hal. Jika tahu dan paham lebih banyak, idealnya kita bisa bersikap lebih sesuai, lebih adaptif, dan lebih bijak. Itulah mengapa, di teori-teori psikologi perkembangan usia kronologis menjadi patokan. Karena tentunya anak usia 3 tahun sudah melihat dan terpapar lebih banyak hal daripada anak usia 1 tahun. Seseorang yang berusia 25 tahun tentu sudah melewati lebih banyak hal daripada yang berusia 15 tahun. 

Maka, di 15 april yang ke-26 ini pertanyaan saya pada diri saya adalah pelajaran-pelajaran baru apa yg sudah diri saya serap setahun ke belakang? Apa saja yang berubah lebih baik? Aspek mana dari diri dan hidup yang masih perlu peningkatan dan pengembangan? Siapa tahu Tuhan masih kasih jatah hidup setahun ke depan, sehingga ada waktu lagi untuk bebenah

Saya percaya bahwa saya tidak pernah perlu menjadi orang lain untuk disukai orang lain, tapi memperbaiki diri untuk lebih bijak berpikir, merasa, dan pada muaranya bersikap, itu adalah jalur kebaikan yang layaknya ditempuh oleh semua manusia. Walaupun memang, standar "lebih bijak berpikir, merasa, bertindak" pada tiap individu pasti akan berbeda-beda karena record dan dinamika kehidupan kita masing-masing beda. Yang penting, apakah diri saya hari ini lebih baik dari diri saya yang kemarin?
Bukan apakah diri saya lebih baik dari orang lain.

Saya menemukan rasa senang setiap bertemu lagi dengan tanggal 15 april. Karena mungkin, di tanggal ini ada sejumlah manusia lain yg ingat pada saya lalu mendoakan saya secara terang maupun diam-diam (duh sotoy hehe). Bukan tentang ulang tahunnya, tapi tentang setahun sekali diingat dan disapa lalu didoakan. :)

Terima kasih yaa, maaf jika ada pesan-pesan yg sekip belum terbaca 🙏

Rabi'atul Aprianti

Komentar

  1. Terima kasih kak. Telah posting dna bikin artikel. Artikel yg kakak buat menarik2 dan menginspirasi saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama sama. Terima kasih banyak sudah membaca 😊 semoga bermanfaat ya

      Hapus
    2. Sama sama. Terima kasih banyak sudah membaca 😊 semoga bermanfaat ya

      Hapus

Posting Komentar