Sabtu, 18 Maret 2017
21.53 WIB
Catatan Kecil
sumber gambar: google.com
Catatan kecil adalah sebuah tulisan mengenai topik yang paling sering saya
tulis saat masih menjadi siswi dengan seragam abu-abu. Topik tersebut menjadi
sangat sering ditulis karena merupakan topik paling sering diminta dan paling hits dalam tugas orientasi organisasi di
SMA. Topik itu adalah Autobiografi.
Entah berapa kali saya perlu menulis tentang topik ini di buku-buku tugas
organisasi. Rasa-rasanya setiap tahun masa orientasi tiba atau berulang. Ditulis
tangan tentu saja dengan bolpoin hitam dan minimal 2 halaman. Menuliskannya kembali
saat ini sejujurnya terasa agak aneh. Saya berterima kasih kepada seorang teman
yang dengan tulus berkata, “cerita-cerita ini perlu dituliskan yanti.” Oleh karenanya,
saya tulis kembali catatan ini bersama 6 tulisan lain nantinya di blog ini
untuk kemudian saya sebut sebagai my life
series project on blog.
***
Nama lengkap saya adalah Rabi’atul Aprianti. Nama itu diberikan oleh Alm
kakek saya (ayah dari ayah saya) yang kemudian diaransemen ulang oleh ayah
saya. Sejak kecil saya dipanggil dengan Yanti. Saya lahir di Samboja, 15 April
1992 (jika Anda Warga Negara Indonesia dan belum tahu dimana Samboja, silakan
cari peta) di sebuah keluarga dengan latar budaya yang berbeda. Ayah saya
berasal dari Kalimantan Selatan (suku Banjar) dan ibu saya dari Jawa Barat
(suku Sunda). Bagaimana ayah dan ibu saya bertemu? Jika saya ceritakan maka
kisah ini perlu satu tulisan khusus. Saya anak pertama dari empat bersaudara. Dua
adik saya perempuan dan satu adik saya laki-laki.
Saya memulai perjalanan pendidikan saya di sebuah TK bernuansa islam di
daerah Martapura (jika belum tahu, silakan cari peta). Saat pertama kali
berkenalan dengan sekolah usia saya 4 tahun. Selanjutnya, masa sekolah dasar
saya habiskan kembali di Samboja. Keluarga saya agak dekat dengan dunia
pendidikan dan ayah ibu saya bekerja di bidang pendidikan. Hal inilah yang
mungkin kemudian memberikan ayah ibu saya aspirasi yang tinggi untuk pendidikan
anak-anaknya. Orangtua saya meletakkan kehidupan pendidikan sebagai prioritas
bagi diri kami. Dengan pertimbangan kualitas pendidikan, setelah lulus SD saya
kemudian dikirim untuk bersekolah di pulau Jawa.
2 tahun masa SMP saya jalani di sebuah SMP Islam Terpadu di Bogor. 1 tahun
terakhirnya saya diminta pindah ke SMP Negeri dengan pertimbangan tambahan
pelajaran dan kursus bahasa terkemuka di dunia. Fase SMA kemudian saya
lanjutkan di sebuah SMA Negeri, masih di Kota Hujan. Lulus dari SMA, saya
mencari kehidupan yang lebih tenang di Kota Pelajar. Bukan apa-apa, Bogor
setiap hari hujan badai dan 6 tahun cukup untuk saya setiap hari menguatkan
diri terhadap semua jenis hujan badai itu. Maka saya mengambil langkah untuk
hidup lebih mandiri dan lebih baik dengan kondisi diri yang tenang di kota romantis,
Yogyakarta.
3 tahun 10 bulan di Yogyakarta kemudian saya pulang ke Samboja dengan gelar
Sarjana Psikologi. 1 tahun di tanah lahir, saya berteduh di sebuah sekolah
swasta dan mendapatkan tempat untuk mencoba mengaplikasikan pengetahuan saya. Kemudian
saya uring-uringan, saya kekurangan
amunisi dan kedamaian hati untuk belajar mengabdikan diri. Saya belum punya
banyak keterampilan dan izin untuk menyuguhkan penyelesaian-penyelesaian
masalah siswa di sekolah yang lebih konkret. Lalu saya minta izin kepada
orangtua untuk mengembara lagi, sekolah lagi di sekolah yang kali ini saya
pilih dan perjuangkan sendiri. Kemudian saya pergi untuk tes masuk sekolah
tersebut. Tetapi tampaknya, saya belum siap lahir batin untuk sekolah lagi
karena masih ada yang kurang. Saya ditolak.
Saya tidak memutuskan untuk pulang. Persiapan lahir batin perlu dilakukan
sepenuh hati dengan damai. Saya memutuskan untuk melamar sebuah pekerjaan di
sebuah biro psikologi. Rezeki, tidak sampai 1 minggu saya mulai bekerja. 1
tahun saya menonton dan sedikit ambil bagian dari aplikasi-aplikasi ilmu
psikologi secara nyata. Tahun kedua pekerjaan semakin mengungkung hidup saya. Apa
kabar studi lanjut? Saya memberanikan diri untuk mengundurkan diri dan kembali
mengikuti tes sekolah. Rezeki. Saya diterima.
Hari ini, disinilah saya. Di tahun terakhir masa studi itu. Menulis catatan
kecil ini dengan harapan melihat perjalanan diri selama ini membuat saya lebih
bersemangat menyelesaikan apa-apa yang sudah saya mulai.
Catatan kecil ini adalah sebuah tulisan mengenai topik yang paling sering
saya tulis saat masih menjadi siswi dengan seragam abu-abu. Topik tersebut
menjadi sangat sering ditulis karena merupakan topik paling sering diminta dan
paling hits dalam tugas orientasi
organisasi di SMA. Topik itu adalah Autobiografi.
***
Cheers,
Rabi’atul Aprianti
Komentar
Posting Komentar