Keyword

Sabtu, 03 Desember 2016
23. 42 WIB

Keyword

sumber foto: google.com

Well, hai hello :)
Sudah lama sekali saya tidak disini. Tidak kesini, ke laman ini tepatnya. Saya harap saya tidak kehilangan pembaca setia (walaupun hanya 1 2 3 orang saja termasuk diri saya sendiri :D). Ya crazy part of life, education life I mean, melindes habis diri saya dan energi saya dan waktu saya dan tentu saja juga uang di tabungan saya (curcol). 

Jujur saja, mohon disiapkan diri anda karena saya akan katakan satu kalimat yang agak miris, "jujur saja, walaupun saya belajar psikologi dan in training menjadi psikolog, agaknya sulit bagi saya untuk hidup bahagia dan damai dalam kurun waktu 1-2 bulan terakhir (bahkan saya tidak bisa memutuskan 1 atau 2 bulan tepatnya atau mungkin lebih)". Saya sangat sadar bahwa tugas-tugas kasus membabi buta dan saya merasa kekurangan faktor protektif di saat faktor resiko stres saya meningkat seperti saat ini. Kewajiban untuk intake data yang semakin kejar tayang macam syuting sinetron, otak yg harus selalu on, kaki yg harus kuat dengan perjalanan-perjalanan jauh ke sekolah-sekolah, dan tentunya pundak yg harus selalu kuat membawa tas berisi perlengkapan perang dari yg perintilan (baca: gincu) sampai weapon paling besar (baca: laptop & buku). Sementara sejak dulu saya tinggal tidak dengan orangtua (kalau ada emak pasti emak siapin bekal, suapin anaknya yg walaupun sudah sebesar ini tetap grasah grusuh), adik-adik yg sibuk dgn agenda masing-masing, teman-teman dekat yg sudah pada pisah atau meneruskan perjalanan ke sisi lain dunia dan kehidupan sehingga kalau mau cerita panjang lebar sudah susah. Maka disini saya, merasa kelelahan, merasa sulit bahagia.

Btw, 2 paragraf di atas baru pemanasan ya, intro lah :D

Sampai 2 minggu lalu saya memutuskan ikut sit in di kelas teman-teman sains yg membahas topik kepribadian & kebahagiaan dengan seorang pembicara tamu yang membuka pikiran saya. Saya langsung masuk ke inti pembicaraannya saja ya. 

Kurang lebih ini ringkasan saya dari pertemuan tersebut:

Keyword

"The true soul of happiness is not feeling joy, excitement, have distance with sadness madness worry anxiety. No. The soul of happiness is feeling content, alive, being okay with yourself inside and the world outside. Accept your past, live here and now in the present and hopeful for the future. Accept what you can do and what you cant, what you have whats not, what you can fix whats not, what you strive for today, what kind of life you have to live everyday, have willing to evaluate yourself inside and the world outside in order to make yourself growth. Be secure, be peace with your own self, focus on your potention, what you can master, what you can do for others."

Saya kemudian paham bahwa ketidakbahagiaan saya selama beberapa bulan ini justru karena kesalahan saya dalam mengekstrak bahagia menjadi keyword dalan kehidupan. Saya kira bahagia adalah feeling excited, feeling joy. Senang. Tergugah. Bersemangat. Berkeringat (?). Lalu saya mencari-cari kapan ya saya senang lagi kapan ya saya excited lagi di tengah-tengah tumpukan kebosanan dan perasaan muak dengan semua laporan-laporan yg harus saya ketik sampai larut malam, sampai rasanya yang tersisa di dunia ini hanya diri saya dan sang malam (lebay). 

Saya sadari bahwa ternyata kesalahan saya adalah dalam mengetik keyword dari bahagia itu sendiri. Bahwa the soul dari bahagia is not feeling joy, but feeling okay, peace. Dari kelas itu juga saya ketahui bahwa ternyata sel dan sistem syaraf di dalam tubuh manusia tidak di-setting untuk joy and excited, but to survive, and to growth when they feel secure. Sudah setting-nya sel dan sistem syaraf kita untuk berjuang dan tumbuh saat kita merasa aman. 

Dan sejak 2 minggu lalu sampai malam ini, setiap malam saya berusaha untuk deal my self with my condition, with all the things I strive for. I am trying to be okay with all these... feeling okay untuk semua hal yang datang dan pergi di kehidupan saya dalam 1 tahun terakhir, dalam 2 3 tahun terakhir, dalam 24 tahun terakhir. Feeling okay untuk hal-hal yang saya bisa lakukan dan untuk hal-hal yang ternyata saya tidak atau belum mampu. Feeling okay untuk target-target yang saya sampai dan yang ternyata saya tidak sampai. Feeling okay dengan semua orang yang membuat saya senyum sampai membuat saya ngedumel sendiri di kamar (sampe minta ampun ke Allah kok ya diuji dengan orang-orang semacam itu). Feeling okay dengan semua momen, sekecil apapun, yang sudah Allah aturkan buat saya secara khusus. Feeling okay with everything..

Karena ternyata itulah jiwa dari bahagia. Mungkin besok, lusa, bulan depan, akan ada lebih banyak hal yang kita lewati atau harus kita pikirkan, deal with it :)
Be calm and peace, and feeling okay. Our life can be so amazing or terrible, but thats okay. Correct keyword for life



Cheers,

Rabi'atul Aprianti
:)

Komentar