2 Dorongan

30 April 2016
23.27 WIB


2 Dorongan

15 hari yang lalu, seorang teman memberi saya sebuah hadiah cerita. Ya, hadiah berupa cerita. Sebenarnya cerita ini singkat padat jelas. Tapi sejujurnya membuat saya masih memikirkannya secara mendalam.

Cerita itu kurang lebih seperti ini:
"Semalam aku ngobrol dengan teman kosku yang juga mahasiswa psikologi profesi. Peminatannya klinis dewasa. Sekarang ini dia sedang dalam proses menulis tesis. Dia tanya sama aku, 'kenapa kamu mau lulus tepat waktu?'. Ya aku jawab 'karena kalau aku lulus tepat waktu secara finansial akan lebih ringan buat orangtuaku, jadi gak perlu membiayai kuliahku lagi, dengan lulus tepat waktu aku juga bisa segera berkarya, menggunakan keahlianku untuk bantu orang lain, dan alasan lain-lainnya.' Oke. Lalu temanku itu tanya lagi ke aku, 'yang alasannya paling dominan yang mana?'. Aku jawab yang paling dominan pastinya supaya orangtuaku lekas lebih ringan secara finansial. Dia mengangguk-angguk. Lalu dia bilang, 'aku juga begitu, aku pengen lulus segera karena aku takut dan kasian sama orangtuaku kalau harus bayar spp lagi, aku pengen segera lulus. Tapi aku sadar kalau seharusnya itu bukan alasan yang kuat untuk segera lulus. 'Kenapa?'

'Dalam melakukan segala hal, manusia dipengaruhi oleh 2 dorongan/drive, dorongan mati/eros atau dorongan hidup/thanatos. Ketika manusia didominasi oleh eros, segala hal yang mereka lalukan seringkali semata-mata bersifat menghindari sesuatu yang tidak mereka inginkan. Segera lulus karena ga mau ortu bayar spp lagi, karena ga betah lama-lama ketemu dosen pembimbing, karena sudah ga tahan baca banyak literatur dll. Kebanyakan karena ingin menghindari sesuatu yang kurang disukai. Sementara di sisi lain ketika manusia melakukan sesuatu karena thanatos, karena ingin kemajuan, karena ingin mencapai satu tahap yang lebih tinggi, lebih baik, lebih positif, misal pengen lulus tepat waktu karena ingin segera mempraktikkan ilmu di dunia nyata, ingin segera lebih bermanfaat untuk lebih banyak pihak, dll. Apa akan ada perbedaan antara mereka yang hidup dengan eros dengan mereka yang hidup dengan thanatos? Tentu. Mungkin hasil yang dicapai akan sama. Keduanya sama-sama mengarahkan pada 'lulus tepat waktu', tapi caranya, emosi-emosi yang menyertai, regulasi stresnya semua akan beda. Mana yang lebih ringan? Mana yang akan lebih melegakan? Hal ini ga cuma buat perkara 'lulus tepat waktu' tapi juga buat banyak perkara lainnya dalam kehidupan. Eros atau thanatos yang lebih sering muncul di diri kita?"

Setelah selesai menceritakan ini, teman saya itu berkata, "nah, selamat ulang tahun atul 😊"


A story to think about..
Terima kasih kepada Primalita Putri aka Ayimo ^-^



Well, yang mana yang lebih sering muncul, eros atau thanatos?



Rabi'atul Aprianti

Komentar