Legenda Raksasa

Minggu, 27 Maret 2016
21.28 WIB


Legenda Raksasa

Ada sebuah legenda yang pantas didengar kembali. "Alkisah, ada seorang raksasa patah hati. Sebuah tragedi melukai hatinya. Raksasa itu berlari ke tengah lautan yang dalamnya hanya sebatas pinggangnya-saking besarnya raksasa itu. Dia menangis tersedu disana, memukul-mukul nestapa permukaan laut. Meraung. Menggerung.

Berhari-hari kesedihan itu menguar pekat. Raksasa yang sedih membuat ombak lautan menjadi tinggi. Awan hitam bergulung. Petir dan guntur menyalak di antara raung kesedihannya. Badai melanda pesisir. Kekacauan terjadi dimana-mana. Sungguh malang nasib raksasa itu, kesedihannya seperti kabar buruk bagi sekitar. Penduduk tahu betapa menderitanya raksasa. Tapi mereka tidak bisa berbuat apa pun.

Setelah 19 hari raksasa itu masih menangis di tengah lautan, peri laut memutuskan melakukan sesuatu karena tempat tinggal mereka di laut dalam juga terganggu. Peri menemui raksasa. Menawarkan sebuah solusi yg tidak pernah terpikirkan. Bagaimana cara menghilangkan kesedihan raksasa.

Aku tahu betapa sesaknya rasa sakit itu. Setiap hela napas. Setiap detik. Laksana ada beban yg menindih hati kita. Tangisan membuatnya semakin perih. Ingatan itu terus kembali, kembali, dan kembali. Kau tidak berdaya mengusirnya, bukan?

Sebagai jawaban raksasa tersedu lebih kencang.

Aku bisa membuat seluruh kesedihan itu pergi selama-lamanya. Tapi harganya sangat mahal. Apakah kau sungguh-sungguh ingin menghapus kenangan yg menyakitkan itu? Peri menawarkan obat terbaik.

Raksasa sudah tidak tahan lagi. Dia ingin melenyapkan seluruh ingatan, seluruh kesedihannya. Maka, tanpa berpikir panjang dia mengangguk.

Malam itu, saat purnama tertutup awan, peri mengambil seluruh kesedihan milik raksasa dengan cara mengubah raksasa itu menjadi batu. Saking besarnya tubuh raksasa, batu itu menjadi sebuah pulau. Seketika tubuhnya membatu. Badai reda, awan hitam pergi. Seluruh kesedihan telah hilang."

(Kisah ini dicuplik dari Buku Hujan karya Tere Liye hal. 195-196)



Semua manusia punya pengalaman sedih masing-masing.
Apakah kita akan memilih melupakan atau mengenang semua hal menyakitkan? Memeluk erat, menerima?
Kalau kamu jd si raksasa, apa kamu mau berubah jadi batu?



Rabi'atul Aprianti

Komentar