Sekolah Kehidupan (58) Seperti Apa Kita Ingin Dikenang?

Jumat, 10 April 2015
16.44 WIB



Dalam kurun waktu 3 minggu terakhir ini media cetak maupun elektronik diisi dengan beberapa berita meninggalnya para artis atau publik figur. Banyak tulisan di media online yang diposting bercerita tentang kisah hidup mereka, kebaikan mereka, kebiasaan mereka, perasaan orang-orang terdekat bahkan kabarnya pesan terakhir mereka sebelum pergi.

Siapapun mereka, berita kematian selayaknya selalu menjadi pengingat bagi kita yang masih hidup bahwa setiap makhluk yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Tak terkecuali kita. Bisa jadi nanti malam, besok pagi, minggu depan, bulan depan, tahun depan, tidak ada yang tahu pasti.

Ketika kematian datang manusia tidak membawa apa-apa kan? Hanya amal perbuatan yang mereka bawa. Kita bahkan tidak tahu apakah perbuatan-perbuatan kita selama di dunia terhitung amal, dan apakah amal-amal itu memang tercatat sebagai amal baik yang diterima atau tidak. Di sisi yang lain, selama kehidupan ini masih ada, manusia yang meninggal akan meninggalkan kenangan tentang dirinya.

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama.

Ada beragam jenis kenangan sebagai "nama" setelah manusia meninggal. Bisa nama baik, harum, dermawan, suka memberi, bersemangat, peduli, cuek, cerdas, pahlawan, pelit, lucu, setia, jahat, licik atau nama lain bergantung apa yang dia lakukan dan hasilkan ketika hidup.

Sebutlah seorang pelukis terkenal yang eksentrik dan unik. Membawa nama Indonesia di beberapa pameran lukisan luar negeri. Mendapat penghargaan dari presiden. Setelah meninggal ia dikenang sebagai maestro. Affandi.

Seorang dokter yang selama hidup menjadi teman setia seorang ilmuwan. Menemani sebagai istri dan dokter pribadi. Menjadi reminder, suporter, kritikus sekaligus penasehat suami. Setelah meninggal banyak orang mengetahui bahwa ia seorang penyayang sejati. Ainun Habibie.

Banyak manusia lain, yang kelihatan atau tidak kelihatan oleh kita saat ini, meninggal dengan membawa kesan tertentu dari semua hal yang dilakukannya semasa hidup. Hidup ini hanya sekali, selanjutnya kita akan sampai pada kehidupan sejati tanpa batas. Maka gunakan kesempatan (yang hanya sekali ini) untuk berbuat lebih banyak, lebih banyak lagi hal yang kita sukai dan bermanfaat untuk banyak orang, berjalan lebih jauh di bumi Allah yang luas, belajar lebih banyak tentang ilmu Allah yang tidak terbatas.

Nanti, besok, atau lusa,
Seperti apa kamu ingin dikenang?


Its yours
Your choice.





Rabi'atul Aprianti

Komentar