Stress: Distress vs Eustress

10 Oktober 2014
17.32 WIB


Adakah di antara teman-teman yang tidak pernah merasa stres? Atau adakah di antara teman-teman yang merasa sering sekali stres? Entah dengan alasan apapun.

Apa itu stres sebenarnya? Saya dapat tuliskan disini bahwa stres adalah sebuah kondisi berupa respon psikologis yang normal akibat adanya tekanan atau masalah. Seperti layaknya peningkatan sel darah putih ketika ada virus atau bakteri masuk ke tubuh. Perlu saya perjelas juga bahwa saya ingin kita sepakat mempersepsikan masalah sebagai: kesenjangan antara hal yang kita inginkan dengan kondisi yang real/sebenarnya.

Nah hal dasar yang perlu saya bagikan pada tulisan ini adalah bahwa stres itu dapat dibagi menjadi dua jenis, stres "baik" atau eustres dan stres "jahat" atau distres. Eustres saya sebut stres baik karena stres jenis ini adalah stres yang sifatnya mampu memotivasi diri kita untuk melakukan atau menciptakan sesuatu. Misalnya, deadline tugas-tugas kuliah atau kantor yang membuat kita produktif dan mengalami peningkatan kapasitas diri. Sebaliknya, distres saya sebut stres jahat karena stres jenis ini biasanya terlampau mebekan atau berat sehingga stres ini justru merusak diri kita baik secara fisik maupun psikis. Biasanya, kematian dituliskan sebagai stresor (penyebab stres) distres nomor satu.

Kemudian pertanyaannya, bagaimana kita mengatur stres agar diri kita tetap sehat? Terutama terhadap stres yang sifatnya distres.
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan, yaitu:
1. Dosis stres
Stres sebenarnya adalah suatu obat perangsang yang diperlukan manusia dalam hidup. Pernah kalian bayangkan hidup tanpa stres? Lurus dan lempeng sampai akhir hayat. Saya rasa manusia tidak akan tumbuh tanpa stres dalam hidupnya dengan syarat dosis stres itu pas. Terkadang kita sebagai manusia bisa menambah atau mengurangi dosis stres dalam hidup kita, di luar hal ini saya percaya bahwa Tuhan sudah mengaturkan jalan agar kita selalu menemui stres dengan dosis yang memang sanggup kita terima :)

2. Kontrol Diri
Seperti yang saya sebutkan di atas, terkadang stres dapat kita kontrol tapi kebanyakan tidak. Maka dari itu, yang perlu kita pelajari dan lakukan sebenarnya adalah mengontrol diri kita. Mengontrol emosi, kognitif, dan perilaku kita dalam merespon stresor yang datang.

3. Tindakan Pengalihan (Penenang)
Ada banyak hal yang dapat dilakukan sebagai tindakan pengalihan stres, misalnya berlibur, nonton film dan lainnya. Tapi saya ingatkan bahwa tindakan pengalihan ini hanya berfungsi sebagai obat penenang yang tentu bereaksi sementara saja. Tindakan penyembuhan atau penyelesaian tetap harus dilakukan untuk me-manage stres dan mengobati diri.

4. Sumber stres
Selain kontrol diri, sumber stres perlu diidentifikasi dan di-treatment. Sebanyak apapun dosis tindakan pengalihan atau bahkan terapi yang dilakukan untuk mereduksi stres, jika kita masih terus terpapar dengan stresor sepanjang waktu kita tetap akan "melemah". Oleh karena itu, jika stresor yang ada berupa tekanan atau masalah yang bisa kita selesaikan, jangan tunda untuk menyelesaikannya atau bahkan membuangnya jauh dari hidup kita. :)

Thats it.
Tulisan ini saya buat special untuk Hari Kesehatan Mental Sedunia hari ini. Mari hidup Bahagia, Optimis, dan Produktif :)
Semoga bermanfaat.



Rabi'atul Aprianti
Bachelor of Psychology
apriantirabiatul@gmail.com
@RabiatulApriant

Komentar