07 Oktober 2014
11.54 WIB
11.54 WIB
Beberapa minggu lalu saya berkesempatan hadir di sebuah launching buku kumpulan sajak dari seorang penulis. Acara berjalan lancar dan ada satu sajak yang menarik perhatian saya (sampai saat ini). Oleh karena itu, pada tulisan ini saya hanya ingin membagikan sajak tersebut yang diberi judul "Riwayat Luka".
Riwayat Luka
1
Kita sepakat meninggalkan masa silam.
Tetapi, kita suka diam-diam mengunjunginya.
Lewat hujan, lewat ingatan. Kesedihan kita
biarkan berumah di mata, sekulum senyum
yang disamarkan oleh jarak dan pelukan.
Luka adalah puisi, rimbun di kebun masa lalu:
sebagai kita.
2
Kita sepasang merpati, dengan rindu memusim,
sedang menggugurkan kenangan-yang hujan di dada.
Seperti angan, angin musim penghujan ditakdirkan
sebagai pemutar kenangan. Dan kita, sepasang merpati bersayap luka, terisak ditampar-tampar badai nasib, mengutuk malam dan hujan yang tak membiarkan kita tertidur sebelum pagi tiba.
3
Aku bisa saja pergi meninggalkan dan menanggalkan kenangan. Tetapi, aku senang menunggalkan kamu dalam ingatan.
Aku mencarimu di sela jari-jari hujan, yang kudapati sepampang kenangan. Rindu memang rumah segala kesedihan, barangkali. Meski begitu, aku terus bernyanyi, menidurkan kamu di dalam mimpi.
Di sana, tubuhmu terbuka mengundang pagi:
membawa cahaya dan embun pembasuh luka.
Jendela angan terbuka, matahari tiba lebih pagi.
Kubiarkan rindu menghangat. Berlarian, berlarian, berlarian sebagai kenangan.
4
Semenjak luka kunamai doa,
aku tahu kehilangan tak lagi butuh air mata.
Oktober 2010
Khrisna Pabichara
Semoga bermanfaat :)
Rabi'atul Aprianti
Bachelor of Psychology
apriantirabiatul@gmail.com
@RabiatulApriant
Komentar
Posting Komentar