07 Agustus 2014
15.48 WITA
Dalam tulisan kali ini, lagi-lagi saya akan membagi ilmu yang saya dapatkan dari buku Happiness Inside karya Gobind Vashdev. Saya masih ingin sekali membagi hal-hal menarik yang saya baca dari buku tersebut pada teman-teman.
Kali ini saya akan menuliskan terlebih dahulu sebuah kisah.
15.48 WITA
Dalam tulisan kali ini, lagi-lagi saya akan membagi ilmu yang saya dapatkan dari buku Happiness Inside karya Gobind Vashdev. Saya masih ingin sekali membagi hal-hal menarik yang saya baca dari buku tersebut pada teman-teman.
Kali ini saya akan menuliskan terlebih dahulu sebuah kisah.
4 Istri
Cerita ini adalah cerita tentang seorang pria tua dengan empat istri, keempatnya masih berstatus menikah. Ketika pria tua ini mulai sakit dan merasa baterai kehidupannya sudah hampir habis, dia menelpon istri keempatnya yang akhir-akhir ini jarang dapat ditemuinya. Ia kemudian bertanya pada istri yang saat ini paling dicintai dan diperhatikannya, "Maukah engkau menemaniku dalam kepergianku ke alam lain?"
Dengan cepat dan tanpa berpikir istri yang paling cantik itu menyahut, "Sekarang ini saya sibuk dan tidak ada waktu untukmu, urus saja sendiri keperluanmu untuk kepergianmu." Lalu nada 'tut' panjang terdengar setelah suara 'brak'. Dalam kesedihan pria tua ini kemudian menghubungi istri ketiganya yang masih terlihat kecantikannya dan (menurutnya) cukup diperhatikannya. Jawaban yang hampir sama dari istri ketiga walaupun dengan bahasa lebih sopan.
Kesedihan mendalam membalut diri bapak tua ini. Setelah merenung cukup lama, dalam keadaan lemah dia mendatangi istri yang kedua, yang sangat kurang dia perhatikan. Badan yang tak terawat, pakaian lusuh serta guratan wajah yang tak terhitung jumlahnya adalah pemandangan yang pria tua itu lihat. Sehabis menghela napas panjang, pertanyaan yang sama ia lontarkan pada istri kedua. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini suara yang terdengar, "Aku akan menemanimu dan mengantar engkau sampai di terminal, selebihnya silakan nikmati perjalananmu sendiri. Mohon maaf saya tidak bisa menemanimu selanjutnya."
Pak tua itu berbalik dengan linangan air mata. Dengan terbungkuk menahan duka, ia kemudian pergi mencari istri pertamanya yang dia pun sudah tidak ingat dimana harus menemuinya. Dalam perjalanan yang melahap waktu banyak sambil tertatih, akhirnya alam membiarkan pria tua itu sampai dan mengetuk sebuah pintu reyot trmpat istri pertamanya tinggal.
Wajah letih, suram tak terurus, pakaian compang camping memagari tubuh kurus yang bungkuk, membuka pintu sambil tersenyum. "Hai suamiku, selamat datang, apa kabarmu? Silakan masuk". Begitulah sapaan lembut sang istri yang berpuluh tahun tak pernah diingatnya. "Pasti kau lelah, duduklah, biar aku buatkan minum dulu" sambungnya dengan lirih. Setelah minum dia bertanya pertanyaan yang telah diulangnya tiga kali kepada istri-istrinya. Kali ini justru pertanyaan yang terlontar dari istri pertamanya, "Untuk apa kau tanyakan pertanyaan tersebut? Apapun yang kau lakukan dan kemanapun kau pergi, aku bersedia selalu ikut denganmu." :)
-------
Inilah kisah yang dapat menjelaskan sebuah paradoks kehidupan. Kalian tau siapa keempat istri itu? Istri keempat adalah harta, istri ketiga adalah tubuh, istri kedua adalah pikiran, dan istri pertama adalah jiwa.
Kebanyakan dari kita lebih banyak menghabiskan waktu untuk mencari harta, merawat tubuh lebih sering daripada pikiran kita. Bersedia mengeluarkan uang banyak dalam membeli pakaian ketimbang membeli buku-buku atau film-film yang dapat meningkatkan kualitas pikiran dan jiwa kita. Berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk mengisi dan meningkatkan kesehatan jiwa kita?
Paradoks kehidupan.
Kita memiliki gedung-gedung yang lebih tinggi, tapi kesabaran yang lebih pendek, jalan bebas hambatan yang lebih lebar, tapi sudut pandang yang lebih sempit. Rumah besar keluarga kecil, belajar untuk selalu terburu-buru bukan menunggu. Kita melakukan hal-hal besar tapi bukan hal-hal yang lebih baik. Ini adalah zaman ketika ada dua sumber penghasilan tapi lebih banyak perceraian, rumah yang lebih mewah tapi keluarga yang berantakan.
Paradoks kehidupan.
Semoga bermanfaat :)
Rabi'atul Aprianti
Apriantirabiatul@gmail.com
@RabiatulApriant
081310065167
Komentar
Posting Komentar