Sekolah Kehidupan (8) Mawar Putih Terindah di seluruh Dunia

05 Mei 2014
23.45 WIB


Teman-teman, saya adalah seorang anak perempuan yang tumbuh dengan buku-buku cerita anak dengan kisah-kisah yang menarik. Saya memiliki beberapa kisah favorit dan yang ingin saya bagi kali ini adalah salah satunya. Semoga memberi kita insight baru yang bermanfaat.


Mawar Putih Terindah di Seluruh Dunia

Di sebuah desa hiduplah seorang anak laki-laki dengan ibunya. Ayahnya sudah lama sekali tidak pulang karena menjadi tentara negara dan pergi berperang. Sang ibu terus percaya bahwa suatu hari nanti ayahnya akan pulang. Sementara si anak selalu ragu tentang keyakinan ibunya itu.

Untuk mencukupi kehidupan mereka berdua sang ibu menerima pekerjaan apapun. Menjadi pembantu, pelayan di pasar, juru masak, dan sebagainya. Si anak bukan anak yang mau membantu. Ia hanya menunggu ibunya pulang di rumah tanpa mengerjakan apapun. Beberapa kali sang ibu menasihati, si anak tak kunjung berubah.

Suatu hari, sang ibu jatuh sakit. Semakin lama kondisinya makin memburuk. Sang ibu tidak bisa lagi bekerja, bahkan bangun dari tempat tidurpun tidak kuasa. Si anak mulai khawatir, cemas dan panik. Ia tidak tau harus berbuat apa. Ia kemudian berhasil memanggil seorang tabib desa.

"Tak ada obat yang dapat menyembuhkannya" ujar tabib desa. "Kumohon tabib, tolong sembuhkan ibuku, apapun akan kulakukan" ucap si anak.
"Ada satu hal yang mungkin bisa menyembuhkannya, aku tidak begitu yakin, sangat sulit mencari bahkan menemukannya" jawab tabib.
"Apa itu? Aku akan lakukan apapun" lanjut si anak. Tabib kemudian berkata, "ibumu kemungkinan akan sembuh jika kamu menemukan mawar putih terindah di seluruh dunia. Sangat sulit mencarinya. Kamu harus lewati hutan belantara selama 7 hari, menyebrangi lautan selama 7 minggu, dan gurun pasir selama 7 bulan. Sanggupkah dirimu?"
"Demi ibuku aku sanggup" ujar si anak.

Akhirnya, pergilah si anak mengembara untuk mencari mawar putih terindah di seluruh dunia. Hari demi hari ia jalani menembus hutan belantara. Tubuhnya yang tidak terbiasa melewati hal-hal sulit menjadi tantangan tersendiri. Ia menggigil di malam hari, tergores batang dan daun tumbuhan di siang hari. Beberapa kali harus berlari terengah-engah ketika melihat binatang-binatang buas di tengah hutan. Di hari ketujuh ia berhasil melewati hutan tersebut. Sampailah ia di tepi sebuah pantai.

Di tepi pantai itu ia melihat sebuah kapal yang akan berlayar. Ia datangi salah satu awak kapal, meminta izin untuk ikut berlayar. Rela dijadikan kacung bagi para awak kapal. Diizinkan. Ia ikut berlayar. Hari demi hari dilalui. Setiap pagi ia membersihkan geladak dan seluruh ruangan kapal. Tak jarang muntah-muntah karena mabuk laut ketika cuaca tidak bersahabat. Hanya makan roti dan susu sebagai menu di setiap jam makan. Waktu-waktu luang digunakannya untuk melamun di tepi geladak memikirkan ibunya di rumah. Singkat cerita, di minggu ketujuh dari hari berlayar sampailah ia di sebuah kota yang tandus.

Disana ia tak tau kemana menuju. Ia sudah berpisah dengan para awak kapal dan melanjutkan perjalanan sendirian. Di awal perjalanan ia masih bertanya sana sini ketika langkahnya masih dekat dengan perkampungan. Hari demi hari langkahnya makin jauh. Jika berpapasan dengan pedagang yang juga melewati gurun ia bertanya tentang mawar putih terindah. Tak seorangpun tau. Tak seorangpun. Ia mulai bingung, tapi mengingat kondisi ibunya di rumah ia tak ingin putus asa.

Perbekalan mulai menipis. Terakhir kali berpapasan dengan seorang pedagang ia diberi roti dan air, namun itu sudah beberapa hari yang lalu. Suatu hari perbekalan habis. Ia berjalan terseok-seok mencari air atau barangkali ada pedagang yang lewat. Tubuhnya mulai lemah, matanya milai kabur. Lama kelamaan ia tak sanggup lagi berjalan. Ia terduduk di suatu tempat. Tak lama kemudian ia pingsan.

Dalam kondisi tersebut ia melihat seorang datang dengan berkuda dari kejauhan. Seseorang yang gagah dengan pedang tersimpan rapi diikat di pinggang. "Ayah?" ujar si anak. "Iya.. bagaimana kabarmu nak?" jawab penunggang kuda. "Apa aku tidak salah lihat? Apa benar ini ayah? Ayah kemana saja?" lanjut si anak. Penunggang kuda itu tersenyum. "Maafkan ayah, ayah sudah tidak dapat pulang lagi. Sampaikan salam cinta dan rindu ayah pada ibumu. Ayah mendoakannya segera sembuh. Untukmu, akan ayah hadiahkan kuda ini..dan sekuntum mawar ini"
Sekuntum mawar putih bersih, tidak sama dengan mawar kebanyakan. Mawar itu bersih tanpa cacat. Kelopak bunganya memancarkan cahaya yang tidak pernah kita lihat pada mawar lain. Itu sungguh mawar yang sangat indah.
"Hadiahkan ini pada ibumu. Pulanglah"

Si anak kaget ketika menyadari dirinya sudah dalam kondisi sadar kembali. Di tangannya ada sekuntum mawar putib bersih dengan pancaran cahaya di tiap kelopak bunganya. Di sampingnya berdiri seekor kuda berwarna coklat. Dalam kondisi masih menyesuaikan diri dengan apa yang batu saja ia alami, anak tersebut menaiki kuda dan mencari jalan pulang. Ajaib! Tak sampai satu hari perjalanan ia sampai di depan rumahnya.

Si anak bersegera turun dari kudanya dan masuk ke dalam rumah untuk menemui ibunya. Ibunya tergeletak di atas tempat tidur dengan kondisi lemah. "Ibu...bangun..kubawakan obat untuk ibu" ucap si anak. Perlahan mata sang ibu terbuka. "Kemana saja kau nak? Apa yang terjadi" jawab sang ibu.
Si anak menceritakan kisahnya. Sang ibu menangis mendengarnya. Si anak kemudian memberikan sekuntum mawar itu pada ibunya. Sambil tersenyum sang ibu berkata "mawar putih ini indah sekali, terindah di seluruh negeri. Tapi taukah kamu yang lebih indah dari mawar ini?" . Si anak terdiam. Sang ibu kemudian berkata lagi,"yang lebih indah dari mawar putih ini adalah kamu nak. Anak ibu yang sekarang berubah menjadi gagah dan pantang menyerah"
Si anak tergugu memeluk ibunya. Di samping mereka tergeletak sekuntum mawar putih terindah di seluruh dunia.



*cerita ini saya baca belasan tahun yang lalu, tapi tidak pernah dapat saya lupakan hingga detik ini. Sejak saat itu, saya secara emosional bereaksi ketika melihat bunga mawar putih. Bagaimana menurut pendapat kalian teman-teman? :)


Gute Nacht,

Rabi'atul Aprianti
Bachelor of Psychology
Research fellow, writer
Founder of Seasons! Crochet shop
Apriantirabiatul@gmail.com

Komentar