31 Mei 2014
20.54 WIB
Ada banyak sekali kisah-kisah persahabatan yang sudah orang lain tuliskan. Banyak hal berharga yang dapat kita baca dan pelajari. Pada tulisan ini izinkan saya membagi pada teman-teman pembaca mengenai kehidupan persahabatan saya, khususnya tentang makna yang menjadi alasan saya merasa selalu perlu sahabat.
Sejak kecil saya menyadari saya termasuk anak yang pilih-pilih dalam bersahabat. Setelah kurang lebih satu tahun setengah di TK saya hanya memiliki satu orang sahabat, anak perempuan manis yang tinggal di tengah padang ilalang yang saya sejujurnya sudah lupa siapa namanya (maaf :D). Sesuatu yang khas darinya adalah selalu peduli.
Ketika SD dari kelas 1 hingga kelas 6 saya memiliki dua orang sahabat. Nama mereka berdua berawalan huruf I dan N, sehingga kami bertiga terkenal dengan sebutan "YIN" di kalangan teman-teman. Saya belajar toleransi dari mereka berdua karena bagaimanapun kami cocok, kami tetap tiga orang anak perempuan yang berbeda.
Ketika SMP, SMA, dan kuliah, kehidupan persahabatan saya semakin kompleks walaupun saya sadar saya tetap selalu pilih-pilih. Entah mengapa saya memang selalu perlu waktu untuk cocok dan dekat dengan orang lain, tapi setelah saya percaya pada seseorang maka kepercayaan itu akan bertahan lama. Hingga saat ini pun alhamdulillah jalinan persahabatan saya dengan sahabat-sahabat ketika SMP, SMA, dan kuliah masih awet selalu :)
Meski begitu ada yang berbeda di masa SMP SMA dengan masa kuliah, saya rasa karena tuntutan profesi saya di bidang psikologi, sejak kuliah saya mulai belajar untuk lebih welcome pada orang lain. I just open myself to have some kind of friendship. Sejak kuliah saya merasa belajar lebih banyak dari persahabatan dengan lebih banyak teman yang berbeda. Ya kami berada dalam satu lingkaran dengan ciri khas masing-masing dan kami bahagia. Sesuatu yang (menurut saya) luar biasa.
Dengan semua jenis dan kisah persahabatan yang saya miliki hingga saat ini, saya sangat bersyukur. Sahabat adalah orang-orang yang menjadi tempat saya "pulang" setelah keluarga. Bahkan tak jarang sahabat adalah pihak pertama. Saya merasa belajar banyak dari sahabat-sahabat saya. Mereka mengajarkan toleransi, kasih sayang, penerimaan yang tulus, perhatian tanpa syarat, adaptasi, saling melindungi, saling membantu, saling mengingatkan, saling menasihati ketika perlu, saling memaafkan, menghargai pendapat & ide yang berbeda, dan tentunya yang paling manis adalah saling mendoakan.
Selain itu, sahabat bagi saya adalah tempat saya menjadi diri saya sendiri. You can be the real you, you can be everything you want in front of them. Karena saya percaya sahabat-sahabat sejati adalah mereka yang menerima dan menyayangi saya tanpa syarat. Apakah saya anak konglomerat, berapa tabungan saya di bank, rangking berapa saya di sekolah, berapa ipk terakhir saya, berapa gaji saya, atau lainnya bukan hal yang paling penting bagi sahabat yang baik. Dengan begitu saya dapat membagi suka maupun duka yang saya alami dalam hidup. Dan berterima kasih karena mereka menyediakan telinga dan hati untuk mendengarkan, kemudian memberikan saran terbaik yang mereka punya.
Saya tidak akan mungkin menjadi Yanti yang saat ini jika bukan karena bantuan dan dukungan dari sahabat-sahabat saya...
Saya sangat bahagia dan bersyukur memiliki sahabat-sahabat seperti mereka yang (saya rasa) saya miliki hingga saat ini.
Adakah kalian memiliki sahabat-sahabat yang juga luar biasa? Kapan terakhir kali kalian berterima kasih pada mereka? :)
Rabi'atul Aprianti
Bachelor of Psychology
Founder of Seasons! Crochet shop
Apriantirabiatul@gmail.com
@RabiatulApriant
20.54 WIB
"Jika ingin tahu bagaimana seseorang maka lihat siapa sahabatnya"
Ada banyak sekali kisah-kisah persahabatan yang sudah orang lain tuliskan. Banyak hal berharga yang dapat kita baca dan pelajari. Pada tulisan ini izinkan saya membagi pada teman-teman pembaca mengenai kehidupan persahabatan saya, khususnya tentang makna yang menjadi alasan saya merasa selalu perlu sahabat.
Sejak kecil saya menyadari saya termasuk anak yang pilih-pilih dalam bersahabat. Setelah kurang lebih satu tahun setengah di TK saya hanya memiliki satu orang sahabat, anak perempuan manis yang tinggal di tengah padang ilalang yang saya sejujurnya sudah lupa siapa namanya (maaf :D). Sesuatu yang khas darinya adalah selalu peduli.
Ketika SD dari kelas 1 hingga kelas 6 saya memiliki dua orang sahabat. Nama mereka berdua berawalan huruf I dan N, sehingga kami bertiga terkenal dengan sebutan "YIN" di kalangan teman-teman. Saya belajar toleransi dari mereka berdua karena bagaimanapun kami cocok, kami tetap tiga orang anak perempuan yang berbeda.
Ketika SMP, SMA, dan kuliah, kehidupan persahabatan saya semakin kompleks walaupun saya sadar saya tetap selalu pilih-pilih. Entah mengapa saya memang selalu perlu waktu untuk cocok dan dekat dengan orang lain, tapi setelah saya percaya pada seseorang maka kepercayaan itu akan bertahan lama. Hingga saat ini pun alhamdulillah jalinan persahabatan saya dengan sahabat-sahabat ketika SMP, SMA, dan kuliah masih awet selalu :)
Meski begitu ada yang berbeda di masa SMP SMA dengan masa kuliah, saya rasa karena tuntutan profesi saya di bidang psikologi, sejak kuliah saya mulai belajar untuk lebih welcome pada orang lain. I just open myself to have some kind of friendship. Sejak kuliah saya merasa belajar lebih banyak dari persahabatan dengan lebih banyak teman yang berbeda. Ya kami berada dalam satu lingkaran dengan ciri khas masing-masing dan kami bahagia. Sesuatu yang (menurut saya) luar biasa.
Dengan semua jenis dan kisah persahabatan yang saya miliki hingga saat ini, saya sangat bersyukur. Sahabat adalah orang-orang yang menjadi tempat saya "pulang" setelah keluarga. Bahkan tak jarang sahabat adalah pihak pertama. Saya merasa belajar banyak dari sahabat-sahabat saya. Mereka mengajarkan toleransi, kasih sayang, penerimaan yang tulus, perhatian tanpa syarat, adaptasi, saling melindungi, saling membantu, saling mengingatkan, saling menasihati ketika perlu, saling memaafkan, menghargai pendapat & ide yang berbeda, dan tentunya yang paling manis adalah saling mendoakan.
Selain itu, sahabat bagi saya adalah tempat saya menjadi diri saya sendiri. You can be the real you, you can be everything you want in front of them. Karena saya percaya sahabat-sahabat sejati adalah mereka yang menerima dan menyayangi saya tanpa syarat. Apakah saya anak konglomerat, berapa tabungan saya di bank, rangking berapa saya di sekolah, berapa ipk terakhir saya, berapa gaji saya, atau lainnya bukan hal yang paling penting bagi sahabat yang baik. Dengan begitu saya dapat membagi suka maupun duka yang saya alami dalam hidup. Dan berterima kasih karena mereka menyediakan telinga dan hati untuk mendengarkan, kemudian memberikan saran terbaik yang mereka punya.
Saya tidak akan mungkin menjadi Yanti yang saat ini jika bukan karena bantuan dan dukungan dari sahabat-sahabat saya...
Saya sangat bahagia dan bersyukur memiliki sahabat-sahabat seperti mereka yang (saya rasa) saya miliki hingga saat ini.
Adakah kalian memiliki sahabat-sahabat yang juga luar biasa? Kapan terakhir kali kalian berterima kasih pada mereka? :)
Rabi'atul Aprianti
Bachelor of Psychology
Founder of Seasons! Crochet shop
Apriantirabiatul@gmail.com
@RabiatulApriant
Komentar
Posting Komentar