Sekolah Kehidupan (10) Yang Datang dan Yang Pergi

08 Mei 2014
21.40 WIB


Izinkan saya throwback untuk menuliskan sebuah kisah yang menurut saya layak untuk dibagikan pada teman-teman pembaca. Saya masuk ke dalam mesin waktu dan membuat setting untuk kembali ke tahun 2008.

Di tahun 2008 saya masih duduk di kelas XI SMA, XI IPA 5. Wali kelas kami adalah salah satu guru Bahasa Indonesia di sekolah. Bukan, bukan tentang beliau saya akan berkisah, tapi tentang salah satu pengalaman belajar bersama beliau.

Salah satu sesi belajar kami bertema cerpen. Ada sebuah cerpen yang beliau bacakan di kelas dan membuat seisi kelas terdiam, sibuk dengan pemikiran masing-masing. Makna dari cerpen tersebut saya alami langsung di tahun 2010, dua tahun setelah cerita itu saya dengarkan. Sebelumnya saya ingin meminta maaf karena saya tidak ingat siapa penulis cerpen itu (jika ada teman-teman pembaca yang tahu silakan nanti menghubungi saya ya).

Yang Datang dan Yang Pergi

Di sebuah kota hiduplah seorang lelaki dewasa dengan istri dan ibunya. Sudah beberapa tahun ia menikah namun belum juga ada tanda-tanda kehamilan sang istri.

"Ibu sudah tua nak, ingin sekali menimang cucu" ujar sang ibu suatu hari sambil duduk merajut di kursi goyangnya. "Doakan saja bu, semoga tidak lama lagi" jawab si anak lelaki.
"Coba kalian pergi ke dokter lagi, barangkali ada yang belum dilakukan" balas sang ibu.
"Kami sudah konsultasi sana sini Bu, sudah usaha, Ibu doakan saja, semoga istriku segera hamil" si anak lelaki meyakinkan. Sementara itu istri lelaki dewasa sedang memasak di dapur.

"Dik, ibu sudah sangat menanti kita punya anak" ujar sang suami kepada istrinya. "Aku juga sangat ingin punya anak mas" jawab sang istri. "Kita akan punya anak, tenang saja" jawab sang suami.

Suatu pagi.
Lelaki itu terbangun dan menyadari istrinya tidak ada di sampingnya. Terdengar suara sang istri muntah-muntah di kamar mandi. Lelaki itu bangun dan menghampiri sang istri. Sang istri tersenyum memberi arti walaupun kondisinya mengkhawatirkan. Lelaki itu dipenuhi perasaan bahagia. Dengan serta merta ia keluar kamar menuju kamar ibunya. Ia buka pintu kamar, ia hampiri ibunya yang masih tidur.
"Bu, Ibu, bangun bu, istriku hamil bu, ibu akan segera punya cucu" kata lelaki itu. Sang ibu tidak bergeming. "Bu, bangun bu..aku punya kabar gembira". Sang ibu tetap pada posisinya.

Di atas meja tersimpan rapi sepatu bayi hasil rajutan sang ibu.

Yang datang akan menggantikan yang pergi, sebaliknya, yang pergi akan digantikan dengan yang datang.




*Pada tahun 2010, saya kehilangan seorang lelaki yang sangat menyayangi saya. Beliau berpulang ke tempat yang lebih baik insya Allah. Di tahun itu pula, saya diberikan Allah lelaki muda yang sangat menyayangi saya, yang karena rasa sayangnyalah saya kemudian juga menyayanginya :). Saya mohon maaf apabila ada kekeliruan dalam penceritaan kembali cerita di atas.


Salam hangat,


Rabi'atul Aprianti
Bachelor of Psychology
Writer, research fellow
Founder of Seasons! Crochet shop
Apriantirabiatul@gmail.com
@RabiatulApriant

Komentar