Unconditional Positive Regards

09 April 2014
22.01 WIB


Tidak sengaja saya membaca sebuah status di salah satu media sosial milik seorang penulis di negeri ini. Kemudian terlintas di benak saya sebuah konstruk psikologi yg menyejukkan. Kondisi ini diperkuat dengan hadirnya seorang teman yg mengajak chating untuk membicarakan pilihan hidup.
Apakah konstruk itu?

Unconditional Positive Regards.
Dalam bahasa yg manusiawi saya lebih suka menyebutnya "penerimaan tanpa syarat".

Konstruk ini pertama kali saya dengar ketika 4 tahun lalu belajar mata kuliah psikologi kepribadian di semester dua. Mengapa saya katakan konstruk ini menyejukkan? Silakan disimak :)

Unconditional positive regards merupakan sebuah term yang populer pada klan humanistik. Sebuah klan dalam ilmu psikologi yang berpandangan bahwa manusia adalah makhluk humanis yang pada dasarnya baik. Term ini dicetuskan oleh seorang ahli psikologi bernama Carl Rogers. Seperti definisi sederhana yang saya tuliskan sebelumnya, unconditional positive regards berarti suatu bentuk penerimaan kita terhadap orang lain secara positif yang sifatnya unconditional atau dalam kondisi apapun. Kita menerima orangtua kita dengan segala kasih sayang, penjagaan, sisi positif dan kekurangan yang beliau miliki. Kita menerima orang-orang terdekat, kakak, adik, teman, tante, om, sepupu, pasangan, bahkan orang lain tanpa mensyaratkan apapun. Tanpa bilang mereka harus cantik, ganteng, kaya, punya mobil, dari kalangan tertentu dan sebagainya. Pun ketika mereka melakukan kesalahan atau memiliki kekurangan tertentu yang kita kurang cocok.

Mengapa term ini lahir?
Banyak sekali manusia yang tumbuh dengan proses perkembangan yang kurang sempurna. Pada urutan selanjutnya menyuguhkan banyak manusia yang juga kurang mumpuni di masa ini dengan kepribadian yang kurang apik. Hal inilah yang menjadi sorotan. Atau seringkali kehidupan menjadi kurang lancar jalannya ketika banyak konflik muncul di kehidupan satu orang yang kemudian seperti benang merah, mempengaruhi kehidupan orang-orang lain. Hal ini terus terjadi sehingga secara tidak kasat mata sebenarnya manusia selalu saling berkaitan dan mempengaruhi.

Menurut Carl Rogers, setidaknya dua fenomena hidup manusia di atas terjadi karena banyak manusia cenderung conditional positive regards, menerima orang lain dengan syarat. Hal-hal itu bisa diminimalisasi dengan menumbuhkan unconditional positive regards dalam diri manusia. Lebih dari itu, kehidupan manusia bisa menjadi jauh lebih baik. Hubungan manusia dengan manusia lainnya bisa lebih menyenangkan, mendamaikan, dan saling menopang. Bisa kita bedakan sebuah pertemanan yang berlandaskan prinsip conditional regards dengan unconditional regards, akan terasa jauh sekali bedanya. Bayangkan dua anak dari dua keluarga yg berbeda. Anak pertama memiliki orangtua yang selalu menuntut, anak akan disayang jika bla bla bla. Anak kedua memiliki orangtua yang menerima kelebihan dan kekurangan si anak serta mau mengayomi anak mengolah potensinya. Adakah perbedaan antara kedua anak itu 10 tahun kemudian? Apa yang akan terjadi jika setiap hubungan antar manusia yg kita miliki di kehidupan ini bersifat unconditional positive regards? Tulus untuk semua hal yang kita berikan.

Walaupun bukan hal yang mudah, tapi hal ini bisa disemai, dipupuk, dan dirawat hingga berakar dalam hidup kita. Bagaimana caranya menumbuhkan unconditional positive regards?
1. Terima diri kita apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangan yang kita miliki. Bagaimana kita mampu menerima orang lain tanpa syarat jika kita sendiri belum menerima diri kita?
2. Bersyukur pada Tuhan. Tuhan menciptakan semua hal berpasangan dan sesuai porsinya, maka nikmat Tuhan mana lagi yang manusia dustakan?
3. Don't judge people by covers
4. Believe every single person has their own beauty in personality. Tidak ada manusia yang sempurna, tidak ada manusia yang selalu sepenuhnya salah dan kurang.
5. Berlatih. Hidup sejatinya adalah sekolah yang sesungguhnya kan? Maka belajarlah. Mari berlatih :)

Saya mengutip kata-kata seorang penulis terkenal di negeri ini, Tere Liye,
"Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang tulus"
Semoga menjadikan kita semua pribadi yang lebih baik. Semoga bermanfaat!



Rabi'atul Aprianti
Bachelor of Psychology
research fellow, writer
Apriantirabiatul@gmail.com
081310065167

Komentar