20 April 2014
14.10 WIB
14.10 WIB
Adakah di antara kalian yang merasakan hal yang sama seperti saya?
Saat ini saya sedang duduk di tepi jendela, menonton hujan turun di kota hujan tempat saya berdomisili sekarang, sambil berpikir "untuk apa hidup sebenarnya? Bagaimana caranya agar saya tidak bosan dalam hidup? Apa yang sebenarnya saya inginkan dan butuhkan dalam hidup? Apa yang sebenarnya Tuhan gariskan sebagai kehidupan saya?".
Saya di tepi jendela, menonton hujan, baru lima hari dengan usia 22, dan memikirkan hal-hal di atas. Sesaat kemudian saya ingat tentang sesuatu.
Makna hidup.
Makna hidup atau meaning of life adalah salah satu hal yang tidak akan lepas dari hidup manusia. Dunia psikologipun secara khusus menggali dan membahas tema ini secara serius. Makna hidup atau beberapa tulisan menyebutnya kebermaknaan hidup, menurut Viktor Frankl, ialah kondisi yang menunjukkan sejauh mana seseorang telah mengalami dan menghayati kepentingan hidupnya menurut sudut pandangnya sendiri.
Yang ingin saya bagikan dalam tulisan ini adalah sebuah konsep tentang makna hidup yang banyak orang perlu ketahui. Saya ingin berfokus pada aspek-aspek atau komponen-komponen dalam kebermaknaan hidup. Pengetahuan ini saya peroleh ketika dulu semasa S1 saya pernah melakukan sebuah riset lapangan tentang tema ini.
Jadi apa saja komponen-komponen kebermaknaan hidup itu? Apa saja yg perlu kita perhatikan agar hidup ini terasa lebih bermakna?
Komponen pertama adalah dimensi personal. Hidup menjadi lebih bermakna ketika kita mampu memahami diri kita, memahami lebih kurangnya diri kita, serta memahami apa yang kita sukai. Dengan begitu kita mampu memilih hal-hal apa saja yang pas dan layak bagi kita mana yang tidak. Selain itu, pemahaman diri mengantarkan kita pada perubahan menuju diri kita yang lebih baik.
Komponen kedua adalah dimensi sosial. Manusia mana yang mampu hidup sendirian? Saya yakin tidak akan ada. Keluarga, pasangan, sahabat, teman-teman di sekolah, teman-teman kerja atau relasi bisnis. Semakin sering kita berinteraksi dengan banyak orang peluang hidup kita terasa lebih bermakna akan lebih besar. Mengapa? Karena dengan begitu kita akan berbagi, menerima dan memberi. Bahkan lebih dari itu, jika kalian lebih peka untuk merasakan, kita akan merasa dibutuhkan dan bermanfaat bagi orang lain.
Komponen ketiga adalah dimensi nilai.
Tuhan sangat mengistimewakan manusia. Kita diberi segumpal daging untuk merasakan banyak hal. Kita bukan robot yang "on" untuk sekedar jalan mondar mandir, bermain bola, mengangkat barang, dan sebagainya. Kita punya perasaan untuk memaknai apa yang terjadi pada kita, apa yang kita miliki, dan apa yang kita bisa. Maka maknailah, hidup bukan sekedar rutinitas.
Komponen terakhir, komponen keempat adalah dimensi spiritual. Kebermaknaan hidup sama seperti kebahagiaan, bukan tentang level. Kebermaknaan hidup sifatnya "meng-utuh". Semakin "kaffah" kondisi spiritual seseorang semakin bermakna hidupnya. Mengapa? Karena semakin baik kondisi spiritual manusia, ia akan menyadari betapa kecilnya manusia di hadapan Tuhan. Betapa pentingnya mensyukuri banyak hal. Semakin kita bersyukur semakin kita merasa punya banyak hal, semakin kita merasa lengkap, semakin kita merasa berharga dan memiliki hidup yang bermakna. Saya merasa dimensi spiritual adalah basic dari dimensi yang lain. Dimensi spiritual yang baik akan membawa dimensi lain yang baik pula.
Saat ini masih hujan. Saya masih di tepi jendela, menonton hujan, baru lima hari usia saya 22, dan saya bertekad menjawab pertanyaan-pertanyaan saya sendiri, merencanakan banyak kegiatan bermanfaat, dan membuat hidup saya lebih bermakna :)
Bagaimana dengan kalian?
Happy sunday!
Rabi'atul Aprianti
Bachelor of Psychology
Research fellow, Writer
Apriantirabiatul@gmail.com
081310065167
Komentar
Posting Komentar