31 Maret 2014
23.24 WIB
Bahagia.
Ada banyak hal, kegiatan, mimpi-mimpi besar yang kita upayakan untuk memperoleh kebahagiaan. Berkumpul dengan keluarga, menikah, memiliki anak, bekerja, belanja, dan banyak hal lain dalam hidup yang manusia lakukan untuk mendapatkan kebahagiaan. Apa sebenarnya bahagia itu?
Hari ini usia saya 21 tahun 11 bulan 15 hari dan saya pun masih belum bisa mendefinisikan "bahagia" secara holistik. Maka, menurut saya bukan usia yang bisa menjadi tolak ukur kebahagiaan. Seorang pengusaha kaya raya, termasuk 5 besar orang terkaya di negaranya, hidupnya penuh dengan agenda padat merayap setiap harinya, bernafaspun menjadi terasa agak melelahkan. Apakah ia bahagia?
Maka, menurut saya lagi, kekayaan pun bukan tolak ukur kebahagiaan.
Minggu lalu saya main ke sebuah toko buku favorit dan melihat buku "The Pursuit of Happiness". Sebuah buku dari salah satu meaningful film yang saya favoritkan. Di dalamnya, saya temukan sebuah diagram lingkaran tentang kebahagiaan. Ternyata, 50% potensi bahagia manusia tertulis berasal dari genetik, 10% potensi bahagia berasal dari lingkungan, dan sisanya? 40% sisanya berasal dari apa yang kita pikirkan. Duh, menohok sekali >.<
Ya, 5 tahun ini saya menyelam di dunia psikologi dan sangat ingin sekali menelisik lebih dalam tentang kebahagiaan (semoga sampai di tesis,amin). Kebahagiaan atau happiness digolongkan ke dalam positive psychology atau psikologi positif yang mulai nge-trend kira-kira 20 tahun terakhir. Sebelumnya, memang, penelitian psikologi lebih banyak di ranah abnormalitas atau hal-hal yang cenderung bersifat negatif/masalah. Sedikit hasil bacaan saya tentang kebahagiaan secara teoritis ialah sebagai berikut:
Bahagia adalah suatu kondisi kecukupan yang ditandai dengan emosi yang stabil dan baik serta didukung dengan kepuasan akan pengalaman hidup yang dimiliki. Fakta dasar yang harus diketahui adalah kebahagiaan dapat diukur secara objektif dan terus menerus. Selain itu, kebahagiaan dapat terus ditingkatkan dengan usaha-usaha tertentu.
Back to the happiness, kondisi kecukupan ini tentu bisa beragam bentuknya seperti yang telah saya singgung di awal. Saya bahagia karena menikah dengan orang yang baik. Anda bahagia karena memiliki perusahaan dengan profit besar. Orang lain bahagia karena baru saja melahirkan. Dan banyak kisah bahagia lainnya.
Saya kemudian menyadari sesuatu, bahwa bahagia itu sifatnya subjektif dan personal tapi bukan berarti anda tidak bisa merasakan bahagia yg orang lain rasakan dengan satu anugrah yg diterimanya. Saya merasa bahwa bahagia adalah tentang memaknai dan mensyukuri. Memaknai dan mensyukuri apa yang kita miliki, lebih dari itu kemudian terus berupaya untuk meningkatkan makna dan syukur kita terhadapnya sejalan dengan waktu. Bahagia adalah memaknai dan mensyukuri apa yang kita miliki sekarang untuk kemudian menjaganya hingga ia mungkin sudah bukan rezeki kita lagi.
so happiness is about meaning and feel blessing everyday :)
Rabi'atul Aprianti
Bachelor of Psychology
Research fellow, writer
apriantirabiatul@gmail.com
081310065167
23.24 WIB
Bahagia.
Ada banyak hal, kegiatan, mimpi-mimpi besar yang kita upayakan untuk memperoleh kebahagiaan. Berkumpul dengan keluarga, menikah, memiliki anak, bekerja, belanja, dan banyak hal lain dalam hidup yang manusia lakukan untuk mendapatkan kebahagiaan. Apa sebenarnya bahagia itu?
Hari ini usia saya 21 tahun 11 bulan 15 hari dan saya pun masih belum bisa mendefinisikan "bahagia" secara holistik. Maka, menurut saya bukan usia yang bisa menjadi tolak ukur kebahagiaan. Seorang pengusaha kaya raya, termasuk 5 besar orang terkaya di negaranya, hidupnya penuh dengan agenda padat merayap setiap harinya, bernafaspun menjadi terasa agak melelahkan. Apakah ia bahagia?
Maka, menurut saya lagi, kekayaan pun bukan tolak ukur kebahagiaan.
Minggu lalu saya main ke sebuah toko buku favorit dan melihat buku "The Pursuit of Happiness". Sebuah buku dari salah satu meaningful film yang saya favoritkan. Di dalamnya, saya temukan sebuah diagram lingkaran tentang kebahagiaan. Ternyata, 50% potensi bahagia manusia tertulis berasal dari genetik, 10% potensi bahagia berasal dari lingkungan, dan sisanya? 40% sisanya berasal dari apa yang kita pikirkan. Duh, menohok sekali >.<
Ya, 5 tahun ini saya menyelam di dunia psikologi dan sangat ingin sekali menelisik lebih dalam tentang kebahagiaan (semoga sampai di tesis,amin). Kebahagiaan atau happiness digolongkan ke dalam positive psychology atau psikologi positif yang mulai nge-trend kira-kira 20 tahun terakhir. Sebelumnya, memang, penelitian psikologi lebih banyak di ranah abnormalitas atau hal-hal yang cenderung bersifat negatif/masalah. Sedikit hasil bacaan saya tentang kebahagiaan secara teoritis ialah sebagai berikut:
Bahagia adalah suatu kondisi kecukupan yang ditandai dengan emosi yang stabil dan baik serta didukung dengan kepuasan akan pengalaman hidup yang dimiliki. Fakta dasar yang harus diketahui adalah kebahagiaan dapat diukur secara objektif dan terus menerus. Selain itu, kebahagiaan dapat terus ditingkatkan dengan usaha-usaha tertentu.
Bahagia bukan sebuah kondisi atau konstruk yang punya level seperti rasa pedas. Level 1 2 3 4 5 dan seterusnya. Tapi kebahagiaan punya sifat "utuh" semakin senang maka semakin utuh bahagia itu. Pernahkah kalian merasa suatu hari sangat bahagia? Kemudian kalian menyadari mengapa kalian bahagia. Misalnya, hari ini saya sangat bahagia karena saya baru saja selesai wisuda, orangtua hadir dan sehat, teman teman terdekat datang berfoto dan memberi bunga, nilai saya bagus, masa depan jelas dan cerah karena sudah bekerja walaupun gaji masih kecil, tempat berteduh ada, uang untuk makan cukup, dsb. Tapi di hari itu juga, adik adik saya tidak bisa berkumpul krn sekolah, seseorang yang ingin saya kenalkan pada orangtua pun tidak hadir karena ada urusan penting, selain itu saya merasa make up saya terlalu tebal ^^. Hal hal ini yg menjadi bahagia saya pada hari tersebut jadi tidak utuh. Tapi kemudian sebuah proses bernama "syukur" bisa meng-cover kekurangan yang ada sehingga keutuhan bahagia bisa dipertahankan.
Back to the happiness, kondisi kecukupan ini tentu bisa beragam bentuknya seperti yang telah saya singgung di awal. Saya bahagia karena menikah dengan orang yang baik. Anda bahagia karena memiliki perusahaan dengan profit besar. Orang lain bahagia karena baru saja melahirkan. Dan banyak kisah bahagia lainnya.
Saya kemudian menyadari sesuatu, bahwa bahagia itu sifatnya subjektif dan personal tapi bukan berarti anda tidak bisa merasakan bahagia yg orang lain rasakan dengan satu anugrah yg diterimanya. Saya merasa bahwa bahagia adalah tentang memaknai dan mensyukuri. Memaknai dan mensyukuri apa yang kita miliki, lebih dari itu kemudian terus berupaya untuk meningkatkan makna dan syukur kita terhadapnya sejalan dengan waktu. Bahagia adalah memaknai dan mensyukuri apa yang kita miliki sekarang untuk kemudian menjaganya hingga ia mungkin sudah bukan rezeki kita lagi.
so happiness is about meaning and feel blessing everyday :)
Rabi'atul Aprianti
Bachelor of Psychology
Research fellow, writer
apriantirabiatul@gmail.com
081310065167
Komentar
Posting Komentar