03 Mei 2014
22.44 WIB
Pada tulisan kali ini saya ingin berbagi sebuah pengalaman yang saya alami persis dua jam lalu. Saya sendiri sejujurnya tidak begitu yakin akan memberi konklusi apa di akhir tulisan. Oleh karena itu saya menginginkan teman-teman pembacalah yang akan memaknai sendiri dan memunculkan kesimpulan.
Dua jam lalu saya baru saja naik sebuah angkot untuk pulang ke rumah. Saya baru saja selesai reuni kecil dengan salah satu sahabat saya ketika smp. Angkot itu hampir penuh. Semenit setelah saya naik ke angkot tersebut naiklah dua orang pengamen yang usianya remaja atau mungkin dewasa awal. Ini jenis pengamen yang agak menakutkan bagi saya. Mereka berpakaian "nge-rock", tanpa gitar, tampang seram, dan menyanyi ngalor ngidul asal sebut. Kalian tau lagunya? Bukan lagu sungguhan, hanya berisi kata-kata sindiran. Mohon maaf sedalam-dalamnya tapi jujur saya amat risih dan takut dengan pengamen jenis ini.
Dua menit berlalu setelah mereka bernyanyi dengan lagu mereka, naiklah seorang pemuda yang nampaknya juga kisaran dewasa awal. Setelah bernyanyi kurang lebih 4 menit salah seorang pengamen menengadahkan tangan dan tak ada yang memberi. Saya pikir memang tidak akan ada yang memberi, tapi tiba-tiba tangan pemuda yang baru saja naik itu terulur di depan mata saya. Dua batang rokok. Itulah yang dia berikan pada dua pengamen. Saya baru kali ini melihat seseorang memberi rokok pada pengamen.
Sepanjang jalan bahkan sampai saat ini pikiran saya terus bekerja tentang makna yang dapat saya ambil dari pengalaman tadi. Antara angkot, pengamen, dan rokok...
Hmm.. bagaimana pendapat kalian?
Rabi'atul Aprianti
Bachelor of Psychology
Research fellow, writer
Founder of Seasons! Crochet shop
Apriantirabiatul@gmail.com
081310065167
22.44 WIB
Pada tulisan kali ini saya ingin berbagi sebuah pengalaman yang saya alami persis dua jam lalu. Saya sendiri sejujurnya tidak begitu yakin akan memberi konklusi apa di akhir tulisan. Oleh karena itu saya menginginkan teman-teman pembacalah yang akan memaknai sendiri dan memunculkan kesimpulan.
Dua jam lalu saya baru saja naik sebuah angkot untuk pulang ke rumah. Saya baru saja selesai reuni kecil dengan salah satu sahabat saya ketika smp. Angkot itu hampir penuh. Semenit setelah saya naik ke angkot tersebut naiklah dua orang pengamen yang usianya remaja atau mungkin dewasa awal. Ini jenis pengamen yang agak menakutkan bagi saya. Mereka berpakaian "nge-rock", tanpa gitar, tampang seram, dan menyanyi ngalor ngidul asal sebut. Kalian tau lagunya? Bukan lagu sungguhan, hanya berisi kata-kata sindiran. Mohon maaf sedalam-dalamnya tapi jujur saya amat risih dan takut dengan pengamen jenis ini.
Dua menit berlalu setelah mereka bernyanyi dengan lagu mereka, naiklah seorang pemuda yang nampaknya juga kisaran dewasa awal. Setelah bernyanyi kurang lebih 4 menit salah seorang pengamen menengadahkan tangan dan tak ada yang memberi. Saya pikir memang tidak akan ada yang memberi, tapi tiba-tiba tangan pemuda yang baru saja naik itu terulur di depan mata saya. Dua batang rokok. Itulah yang dia berikan pada dua pengamen. Saya baru kali ini melihat seseorang memberi rokok pada pengamen.
Sepanjang jalan bahkan sampai saat ini pikiran saya terus bekerja tentang makna yang dapat saya ambil dari pengalaman tadi. Antara angkot, pengamen, dan rokok...
Hmm.. bagaimana pendapat kalian?
Rabi'atul Aprianti
Bachelor of Psychology
Research fellow, writer
Founder of Seasons! Crochet shop
Apriantirabiatul@gmail.com
081310065167
Komentar
Posting Komentar